Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham dalam Investasi Saham
Dalam dunia investasi saham, salah satu prinsip mendasar adalah membeli saham ketika harganya di bawah nilai sebenarnya, atau nilai intrinsiknya. Nilai intrinsik adalah estimasi nilai "sebenarnya" sebuah saham, terlepas dari fluktuasi harga pasar jangka pendek. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana cara menghitung nilai intrinsik saham dalam investasi saham?
![]() |
Ilustrasi (Gambar: emtrade.id) |
Memahami cara menghitung nilai intrinsik dapat membantu kita sebagai calon investor atau yang sudah menjadi investor bisa membuat keputusan yang lebih rasional dan menghindari pembelian saham yang terlalu mahal.
Tips Menghitung Nilai Intrinsik Saham dalam Investasi Saham Jangka Panjang
Kemudian, bagaimanakah cara menghitung nilai intrinsik saham? Terdapat beberapa metode yang umum digunakan, masing-masing dengan pendekatan yang sedikit berbeda.
Metode tersebut di antaranya, sebagai berikut:
1. Model Diskon Dividen (Dividend Discount Model - DDM)
Model ini sangat cocok untuk perusahaan yang secara konsisten membayarkan dividen. DDM berasumsi bahwa nilai suatu saham berasal dari total dividen yang akan dibayarkan perusahaan di masa depan.
Rumus dasar DDM (untuk dividen yang tumbuh konstan):
Di mana:
- D1 = Dividen per saham yang diharapkan pada tahun depan
- r = Tingkat diskonto (tingkat pengembalian yang disyaratkan investor)
- g = Tingkat pertumbuhan dividen yang konstan
Contoh:
Jika sebuah perusahaan diperkirakan akan membayar dividen Rp 1.000 per saham tahun depan (D1), tingkat pengembalian yang Anda inginkan adalah 10% (r), dan dividen diperkirakan tumbuh 5% per tahun (g), maka nilai intrinsiknya adalah:
Kelebihan DDM: Relatif sederhana dan mudah dipahami.
Kekurangan DDM: Sulit diterapkan untuk perusahaan yang tidak membayar dividen atau dividennya tidak stabil. Estimasi pertumbuhan dividen juga bisa menjadi tantangan.
2. Analisis Arus Kas Terdiskon (Discounted Cash Flow - DCF)
Metode DCF adalah salah satu yang paling komprehensif dan sering digunakan oleh analis profesional. DCF menghitung nilai intrinsik dengan mendiskontokan arus kas bebas (free cash flow - FCF) yang diharapkan akan dihasilkan perusahaan di masa depan kembali ke nilai saat ini.
Langkah-langkah umum dalam DCF:
- Proyeksikan Arus Kas Bebas (FCF): Perkirakan FCF perusahaan untuk beberapa tahun ke depan (misalnya 5-10 tahun). FCF adalah kas yang tersedia bagi perusahaan setelah membayar biaya operasional dan pengeluaran modal.
- Hitung Nilai Terminal (Terminal Value - TV): Ini adalah nilai semua arus kas setelah periode proyeksi eksplisit. Biasanya dihitung menggunakan model pertumbuhan perpetuitas.
- Tentukan Weighted Average Cost of Capital (WACC): WACC adalah tingkat diskonto yang digunakan untuk mendiskontokan FCF. Ini mencerminkan biaya modal rata-rata perusahaan (gabungan biaya ekuitas dan utang).
- Diskonkan FCF dan TV: Gunakan WACC untuk mendiskontokan FCF tahunan dan nilai terminal kembali ke nilai sekarang.
- Jumlahkan Semua Nilai Sekarang: Total dari semua nilai sekarang FCF dan nilai terminal adalah nilai perusahaan (Enterprise Value).
- Hitung Nilai Intrinsik per Saham: Kurangkan total utang perusahaan dari Enterprise Value, lalu bagi dengan jumlah saham beredar.
Kelebihan DCF: Sangat detail dan mempertimbangkan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Kekurangan DCF: Sangat bergantung pada asumsi-asumsi yang digunakan (proyeksi FCF, tingkat pertumbuhan, WACC) sehingga perubahan kecil dalam asumsi dapat sangat memengaruhi hasil.
3. Analisis Berbasis Kelipatan (Multiples Analysis)
Metode ini melibatkan perbandingan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan perusahaan sejenis (peers) atau rata-rata industri. Beberapa rasio yang umum digunakan:
- Price-to-Earnings (P/E) Ratio: Membandingkan harga saham dengan laba per saham (EPS).
- Price-to-Book (P/B) Ratio: Membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham.
- Enterprise Value/EBITDA: Membandingkan nilai perusahaan dengan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Cara menggunakannya:
- Identifikasi perusahaan sejenis atau rata-rata industri yang relevan.
- Hitung rasio kelipatan untuk perusahaan-perusahaan tersebut.
- Aplikasikan rasio kelipatan rata-rata atau median ke metrik keuangan perusahaan yang sedang dinilai untuk mendapatkan estimasi nilai intrinsiknya.
Contoh:
Jika rata-rata P/E ratio perusahaan sejenis adalah 15x, dan perusahaan Anda memiliki EPS Rp 500, maka estimasi nilai intrinsiknya adalah 15×500=Rp 7.500.
Kelebihan Analisis Berbasis Kelipatan: Relatif cepat dan mudah digunakan, serta memberikan gambaran nilai relatif.
Kekurangan Analisis Berbasis Kelipatan: Sulit menemukan perusahaan yang benar-benar sebanding, dan nilai intrinsik yang dihasilkan sangat bergantung pada sentimen pasar terhadap industri tersebut.
Penutup
Menghitung nilai intrinsik saham bukanlah ilmu pasti, melainkan kombinasi seni dan sains. Tidak ada satu metode pun yang sempurna, dan setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Investor yang bijak seringkali menggunakan beberapa metode sekaligus dan membandingkan hasilnya untuk mendapatkan rentang nilai intrinsik yang lebih akurat.
Penting untuk diingat bahwa perhitungan nilai intrinsik melibatkan banyak asumsi tentang masa depan perusahaan dan kondisi ekonomi. Oleh karena itu, lakukan riset mendalam, pahami model bisnis perusahaan, dan selalu perbarui asumsi Anda seiring dengan informasi baru yang tersedia. Dengan begitu, Anda dapat membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi dan meningkatkan peluang kesuksesan dalam jangka panjang. Semoga sedikit informasi tentang “cara menghitung nilai intrinsik saham dalam investasi saham” bermanfaat untuk Anda.
0 Response to "Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham dalam Investasi Saham"
Post a Comment