Cara Menghitung Harga Wajar Saham dalam Investasi Saham

Investasi saham telah menjadi salah satu instrumen investasi yang populer bagi banyak orang yang ingin mengembangkan kekayaan mereka. Namun, keberhasilan dalam investasi saham tidak hanya bergantung pada memilih saham secara acak atau mengikuti tren pasar semata. Salah satu kunci utama dalam investasi saham yang cerdas adalah kemampuan untuk mengidentifikasi nilai intrinsik atau harga wajar suatu saham. Yang menjadi pertanyaan di benak investor pemula adalah bagaimana cara menghitung harga wajar saham dalam investasi saham?

cara-menghitung-harga-wajar-saham-dalam-investasi-saham
Ilustrasi (Gambar: ajaib.co.id)

Dengan memahami harga wajar, investor, khususnya para investor pemula dapat membuat keputusan yang lebih terinformasi tentang apakah suatu saham diperdagangkan di bawah harga wajarnya (undervalued), di atas harga wajarnya (overvalued), atau sesuai dengan nilai sebenarnya.

Mengapa Menghitung Harga Wajar Saham Itu Penting dalam Investasi Saham Terbaik?

Sebelum membahas metode perhitungan, penting untuk memahami mengapa menghitung harga wajar saham merupakan langkah krusial dalam investasi. 

Terdapat beberapa alasan utama mengapa harus mengetahu cara menghitung harga wajar saham, antara lain:

  1. Mengidentifikasi Peluang Investasi: Ketika suatu saham diperdagangkan di bawah harga wajarnya, ini bisa menjadi peluang investasi yang menarik. Investor yang mampu mengidentifikasi saham-saham undervalued memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan ketika pasar akhirnya menyadari nilai sebenarnya dari saham tersebut.
  2. Menghindari Saham Overvalued: Membeli saham yang diperdagangkan jauh di atas harga wajarnya dapat meningkatkan risiko kerugian. Ketika sentimen pasar berubah atau kinerja perusahaan tidak sesuai ekspektasi, harga saham yang overvalued berpotensi mengalami koreksi yang tajam.
  3. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Dengan memahami harga wajar, investor dapat membuat keputusan beli, jual, atau tahan saham berdasarkan analisis yang lebih mendalam daripada sekadar spekulasi atau emosi.
  4. Manajemen Risiko: Mengetahui batas atas harga yang wajar membantu investor dalam menetapkan target harga jual dan mengelola risiko investasi mereka.
  5. Perspektif Jangka Panjang: Perhitungan harga wajar sering kali didasarkan pada fundamental jangka panjang perusahaan. Ini mendorong investor untuk memiliki perspektif investasi yang lebih panjang dan tidak terlalu terpengaruh oleh fluktuasi pasar jangka pendek.

Metode-Metode Perhitungan Harga Wajar Saham dalam Investasi Saham Jangka Panjang

Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk menghitung harga wajar saham, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi dua pendekatan utama:

  1. Pendekatan Berbasis Nilai (Value-Based Approach): Metode ini berfokus pada fundamental perusahaan, seperti pendapatan, laba, aset, dan arus kas, untuk menentukan nilai intrinsik saham.
  2. Pendekatan Berbasis Pasar (Market-Based Approach): Metode ini membandingkan valuasi perusahaan dengan perusahaan sejenis di industri yang sama atau menggunakan rasio-rasio pasar historis.

Mari kita bahas beberapa metode perhitungan harga wajar saham yang umum digunakan, sebagai berikut:

1. Pendekatan Berbasis Nilai (Value-Based Approach)

  • Analisis Laporan Keuangan: Langkah awal dalam pendekatan ini adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan, termasuk laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas. Investor mencari tren pertumbuhan pendapatan, profitabilitas, tingkat utang, dan kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
  • Model Diskon Arus Kas (Discounted Cash Flow - DCF): Model DCF adalah salah satu metode valuasi yang paling komprehensif. Metode ini memperkirakan nilai sekarang dari arus kas bebas (Free Cash Flow - FCF) yang diharapkan akan dihasilkan perusahaan di masa depan.

Langkah-langkah utama dalam model DCF, meliputi:

  • Memproyeksikan Arus Kas Bebas (FCF): Investor perlu memproyeksikan FCF perusahaan untuk beberapa tahun ke depan, biasanya 5 hingga 10 tahun. Proyeksi ini didasarkan pada pertumbuhan pendapatan, margin keuntungan, investasi modal, dan perubahan modal kerja.
  • Menentukan Tingkat Diskonto (Discount Rate): Tingkat diskonto mencerminkan risiko investasi dan biaya modal perusahaan. Biasanya, biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital - WACC) digunakan sebagai tingkat diskonto. WACC mempertimbangkan biaya utang dan biaya ekuitas perusahaan.
  • Menghitung Nilai Terminal (Terminal Value): Karena proyeksi FCF biasanya terbatas pada periode waktu tertentu, nilai terminal digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan di luar periode proyeksi. Ada dua metode umum untuk menghitung nilai terminal:
    • Metode Pertumbuhan Abadi (Perpetuity Growth Method): Mengasumsikan FCF akan tumbuh pada tingkat yang konstan selamanya setelah periode proyeksi. Di mana (g) adalah tingkat pertumbuhan abadi dan (r) adalah tingkat diskonto.. Rumusnya adalah:

    • Metode Kelipatan Exit (Exit Multiple Method): Menggunakan rasio valuasi (seperti Price-to-Earnings atau EV/EBITDA) dari perusahaan sejenis untuk memperkirakan nilai perusahaan pada akhir periode proyeksi.
  • Mendiskontokan Arus Kas dan Nilai Terminal: Setiap proyeksi FCF dan nilai terminal kemudian didiskontokan kembali ke nilai sekarang menggunakan tingkat diskonto.
  • Menjumlahkan Nilai Sekarang: Nilai wajar perusahaan adalah jumlah dari nilai sekarang semua proyeksi FCF dan nilai terminal.
  • Menghitung Harga Wajar per Saham: Nilai wajar perusahaan kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar untuk mendapatkan harga wajar per saham.

Kelebihan Model DCF:

    • Berbasis fundamental dan memberikan pandangan jangka panjang.
    • Memungkinkan investor untuk memasukkan asumsi mereka sendiri tentang pertumbuhan dan risiko.

Kekurangan Model DCF:

    • Sangat sensitif terhadap asumsi yang digunakan, terutama tingkat pertumbuhan dan tingkat diskonto.
    • Membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang keuangan perusahaan dan analisis proyeksi.


  • Model Diskon Dividen (Dividend Discount Model - DDM)

Model DDM digunakan untuk menghitung harga wajar saham berdasarkan nilai sekarang dari dividen masa depan yang diharapkan akan dibayarkan oleh perusahaan. Model ini paling cocok untuk perusahaan yang memiliki sejarah pembayaran dividen yang stabil dan dapat diprediksi.

Ada beberapa variasi dari model DDM:

    • Model Pertumbuhan Nol (Zero-Growth Model): Mengasumsikan dividen akan tetap konstan selamanya. Di mana (D) adalah dividen per saham dan (r) adalah tingkat diskonto (biasanya biaya ekuitas). Rumusnya adalah:

    • Model Pertumbuhan Konstan (Constant-Growth Model atau Gordon Growth Model): Mengasumsikan dividen akan tumbuh pada tingkat yang konstan selamanya. Di mana (D_1) adalah dividen per saham yang diharapkan pada tahun depan, (r) adalah tingkat diskonto, dan (g) adalah tingkat pertumbuhan dividen konstan. Rumusnya adalah:

  • Model Pertumbuhan Bertahap (Multi-Stage Growth Model): 

Mengakomodasi periode pertumbuhan dividen yang berbeda (misalnya, pertumbuhan tinggi dalam beberapa tahun pertama diikuti oleh pertumbuhan yang lebih stabil).

Kelebihan Model DDM:

    • Sederhana dan mudah dipahami, terutama model pertumbuhan nol dan konstan.
    • Fokus pada pengembalian langsung kepada pemegang saham.

Kekurangan Model DDM:

    • Tidak cocok untuk perusahaan yang tidak membayar dividen atau memiliki riwayat pembayaran dividen yang tidak stabil.
    • Sangat sensitif terhadap asumsi tingkat pertumbuhan dividen.


  • Pendekatan Nilai Aset Bersih (Net Asset Value - NAV): 

Metode ini menghitung nilai total aset perusahaan dikurangi total liabilitasnya. Nilai buku aset dan liabilitas biasanya digunakan, meskipun dalam beberapa kasus, nilai pasar aset dapat digunakan untuk mendapatkan perkiraan yang lebih akurat. Harga wajar per saham kemudian dihitung dengan membagi NAV dengan jumlah saham yang beredar.

Kelebihan Pendekatan NAV:

    • Berguna untuk perusahaan dengan aset berwujud yang signifikan, seperti perusahaan properti atau investasi.
    • Dapat memberikan batas bawah nilai perusahaan.

Kekurangan Pendekatan NAV:

    • Tidak memperhitungkan potensi pertumbuhan masa depan atau nilai aset tidak berwujud.
    • Nilai buku aset mungkin tidak mencerminkan nilai pasar yang sebenarnya.

2. Pendekatan Berbasis Pasar (Market-Based Approach)

  • Perbandingan Rasio Harga (Price Multiples): Metode ini melibatkan perbandingan rasio valuasi perusahaan target dengan rasio valuasi perusahaan sejenis yang diperdagangkan di pasar publik. Beberapa rasio harga yang umum digunakan meliputi:
  • Price-to-Earnings Ratio (P/E): Harga saham dibagi dengan laba bersih per saham (EPS). Rasio P/E menunjukkan berapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap unit laba perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan tinggi biasanya memiliki rasio P/E yang lebih tinggi.
  • Price-to-Book Ratio (P/B): Harga saham dibagi dengan nilai buku per saham (Book Value Per Share - BVPS). Rasio P/B membandingkan nilai pasar perusahaan dengan nilai aset bersihnya. Rasio ini berguna untuk perusahaan dengan aset berwujud yang signifikan.
  • Price-to-Sales Ratio (P/S): Harga saham dibagi dengan pendapatan per saham (Revenue Per Share). Rasio P/S berguna untuk perusahaan yang belum menghasilkan laba atau memiliki laba yang tidak stabil.
  • Enterprise Value to EBITDA (EV/EBITDA): Nilai perusahaan (market capitalization + total debt - cash) dibagi dengan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA). Rasio ini sering digunakan untuk valuasi perusahaan secara keseluruhan, terlepas dari struktur modalnya.

Cara Menggunakan Rasio Harga:

  1. Pilih Perusahaan Pembanding: Identifikasi perusahaan-perusahaan publik yang beroperasi di industri yang sama, memiliki ukuran dan model bisnis yang serupa, serta profil risiko yang sebanding dengan perusahaan target.
  2. Hitung Rasio Pembanding: Hitung rasio harga yang relevan untuk perusahaan-perusahaan pembanding.
  3. Tentukan Kisaran Rasio: Analisis kisaran rasio pembanding (rata-rata, median, tertinggi, terendah).
  4. Terapkan ke Perusahaan Target: Kalikan rasio yang relevan dengan metrik keuangan perusahaan target (misalnya, EPS, BVPS, pendapatan per saham, atau EBITDA) untuk mendapatkan perkiraan harga wajar saham.

Kelebihan Pendekatan Rasio Harga:

    • Relatif sederhana dan mudah dihitung.
    • Menggunakan data pasar aktual.

Kekurangan Pendekatan Rasio Harga:

    • Sangat bergantung pada ketersediaan dan kesamaan perusahaan pembanding.
    • Mungkin tidak akurat jika pasar secara keseluruhan sedang overvalued atau undervalued.
    • Tidak memperhitungkan perbedaan fundamental antara perusahaan secara mendalam.


  • Analisis Historis: 
Metode ini melihat valuasi historis perusahaan itu sendiri. Investor dapat menganalisis rasio harga perusahaan selama beberapa periode waktu untuk melihat bagaimana pasar menghargai perusahaan di masa lalu pada berbagai tingkat pertumbuhan dan profitabilitas. Ini dapat membantu mengidentifikasi apakah valuasi saat ini lebih tinggi atau lebih rendah dari rata-rata historisnya.

Kelebihan Analisis Historis:

    • Fokus pada perusahaan itu sendiri.
    • Dapat membantu mengidentifikasi pola valuasi.

Kekurangan Analisis Historis:

    • Tidak memperhitungkan perubahan signifikan dalam fundamental perusahaan atau kondisi pasar.
    • Valuasi historis mungkin tidak relevan jika perusahaan telah mengalami transformasi besar.

Faktor-Faktor Kualitatif yang Mempengaruhi Harga Wajar Saham

Selain analisis kuantitatif berdasarkan data keuangan, faktor-faktor kualitatif juga memainkan peran penting dalam menentukan harga wajar saham. Faktor-faktor ini meliputi:

  • Kualitas Manajemen: Tim manajemen yang kompeten, berpengalaman, dan memiliki rekam jejak yang baik dapat meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong valuasi yang lebih tinggi.
  • Posisi Kompetitif: Perusahaan dengan keunggulan kompetitif yang kuat (misalnya, merek yang dikenal, biaya produksi yang rendah, atau teknologi yang dipatenkan) cenderung memiliki valuasi yang lebih tinggi.
  • Prospek Pertumbuhan Industri: Perusahaan yang beroperasi di industri dengan prospek pertumbuhan yang cerah cenderung dihargai lebih tinggi oleh pasar.
  • Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance): Praktik tata kelola perusahaan yang baik, termasuk transparansi dan akuntabilitas, dapat meningkatkan kepercayaan investor.
  • Risiko Industri dan Ekonomi: Faktor-faktor makroekonomi seperti suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, serta risiko spesifik industri, dapat mempengaruhi valuasi saham.

Menggabungkan Berbagai Metode

Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu metode pun yang sempurna untuk menghitung harga wajar saham. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pendekatan yang paling bijaksana adalah dengan menggunakan kombinasi beberapa metode dan mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif untuk mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang nilai intrinsik suatu saham.

Misalnya, seorang investor dapat menggunakan model DCF sebagai metode utama untuk valuasi fundamental, kemudian membandingkan hasilnya dengan valuasi relatif menggunakan rasio harga dari perusahaan sejenis. Selain itu, investor juga perlu mempertimbangkan kualitas manajemen, posisi kompetitif perusahaan, dan prospek industri.

Cara Mudah Menghitung Harga Saham 

Selain berbagai konsep dan metode yang disampaikan di atas terdapat cara mudah dalam menghitung harga wajar saham, salah satunya yang disampaikan saham.suksesberkah (Instagram.com/ saham.suksesberkah).

Cara menghitung harga wajar saham bisa dilakukan dari BVPS (Book Value Per Share), yang menarik dari cara ini adalah Anda bisa mengetahui BVPS ini tanpa menghitung di aplikasi RTI Business.

PBV mencerminkan asset bersih suatu perusahaan setelah dikurangi hutang.

Contoh perbandingan harga pasar (harga saat ini) dan harga wajarnya bisa dilihat dari gambar di bawah ini:





Menghitung dengan Book Value dan ROE 5 tahun: 

Hal yang harus DIPERHATIKAN setelah menemukan saham yang PBV-nya murah, adalah (instagram.com/bacasaham):

  • Management perusahaan jujur & kompeten.
  • Laba 5 tahun sebelumnya stabil bertumbuh.
  • -Hutang tidak melebihi 70% dari ekuitas.
  • Rasio ROE, NPM, DER, ROA, PER baik.
  • Industri bisnisnya punya prospek ke depan.

Penutup

Menghitung harga wajar saham adalah keterampilan penting bagi setiap investor saham. Dengan memahami berbagai metode valuasi, baik berbasis nilai maupun berbasis pasar, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi dan meningkatkan peluang keberhasilan jangka panjang. Meskipun proses ini memerlukan analisis yang cermat dan pemahaman tentang keuangan perusahaan, upaya yang dilakukan akan sebanding dengan potensi keuntungan yang dapat diraih dari investasi pada saham-saham yang undervalued. 

Ingatlah bahwa harga wajar adalah perkiraan dan pasar dapat berfluktuasi, tetapi memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai intrinsik akan memberikan landasan yang kokoh untuk pengambilan keputusan investasi Anda. Semoga informasi tentang “cara menghitung harga wajar saham dalam investasi saham” ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi untuk Anda.

Share

0 Response to "Cara Menghitung Harga Wajar Saham dalam Investasi Saham"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel